Google

Thursday, December 13, 2007

Gak bisa atau lupa atau .. ???

Kemaren aku ke kampus atas panggilan salah satu dosen saya, yaitu Ibu Umi Proboyekti, (halah resmi banget bahasanya) untuk mbantuin ngoreksi. Hohohoho kan smester ini saya memang ada jatah untuk mbantuin dia. Ceritanya sedang ngoreksi UAS a.k.a Ujian Akhir Smester ditambah koreksi BLOG nya adek-adek. hooo banyak pun huehuehuehue tapi cukup seru mengingat saya jugak ikut sepak terjang bu umi kemana-mana (piss, bu. hehehe )

Hmm sekilas ngoreksi kemaren kok pada banyak yang dapet jelek yah .. Hanya beberapa mahasiswa/i yang mendapat nilai setengah atau lebih dari nilai full-nya. Ya beberapa tahun yang lalu saya jugak pernah merasakan duduk dibangku mahasiswa (sampe sekarang ding cuman aku gak pernah kuliah aja) dan fenomena itu pun jugak terjadi pada saya. Fenomena apakah yang di maksud .. ? Fenomena pada saat ujian yang berhubungan dengan hapalan (walau udah di bilang berkali-kali 'kalo bahan ini jangan di hapal tapi di mengerti'), saya selalu gak bisa mengerjakan ujian tersebut bahkan sering lupa dengan istilah-istilah atau 'sebutan-sebutan khusus'-nya. Padahal beberapa menit yang lalu saya bahkan membacanya. Salah satunya adalah matakuliah RPL a.k.a Rekayasa Perangkat Lunak. Saya bener-bener blank saat mengisi jawabannya.

Ada beberapa orang yang saya kenal, dia sekali membaca langsung hapal dan masuk ke otak. Salah satunya adalah seorang teman yang saya kenal waktu kuliah di USD a.k.a Sanata Dharma (waktu saya mengambil EEC a.k.a Extension English Course selama 1 tahun). Dia seorang mahasiswi S2 Hukum UGM yang angkatannya sama ma saya (saya ini males, bodoh, ato gak mau lulus????). Dia salah satu orang yang saya kenal saat itu paling cerdas dan paling pinter. Dia betah kalo disuruh baca literature yang sedemikian banyak. Belum lagi dia orangnya berwawasan terbuka, gaul, dan yang paling penting saya suka dia karena dia menerima saya sebagai teman ceweknya yang apa adanya saya. Dia orangnya feminin sekali beda dengan saya yang 'amburadul'. Saat saya bertanya kepada dia kok bisa sekali baca bisa masuk dan hapal (apalagi kalo mau menghadapi test kecil ato ujian Vocab or Structure), dan dia cuman bilang, "Yah inti nya di mengerti ajah .. ". Beberapa matakuliah saya bisa menerapkan cara tersebut tapi ada beberapa matakuliah yang gak bisa. Tetep susah pun -_____-"

Bagi saya lebih enak ujian open-book ketimbang hapalan karena saya bisa liat langkah-langkah yang bisa 'merangsang' otak saya dalam mengerjakannya. Tapi tentu sajah itu jugak sama ajah halnya dengan hapalan. Kalo kita sebelumnya gak belajar dan gak mengerti 'langkah-langkah' itu yaaa sama ajah gak bisa ngerjain hehehehhehehe ... ...

Begitu mengoreksi sebagian dari semua UAS yang ada, saya jadi sadar. Fenomena yang saya hadapi saat saya dulu masih berkutat dengan UTS dan UAS terjadi jugak dengan adek-adek angkatan 2007. Ada beberapa orang yang saya kenal itu di kelasnya dia mengerti bahan yang di ajarkan oleh Bu Umi. Namun saya liat mereka di pengerjaan ujiannya kok ya nilainya gak ada setengahnya dari nilai full. Sebenarnya itu sebuah kemalasan dalam belajar atau ketegangan karena mereka ngerjain nya sebagai sebuah ujian akhir .. ??? Kata-kata 'ujian akhir smester' apakah merupakan sebuah beban besar sehingga mempengaruhi kita (dari segi psikis) dalam mengerjakan ujian tersebut ??

Mau itu fenomena, ato beban psikis di bawah alam sadar kita, mau gak mau tetep di laksanakan. Tak lepas dari itu kita jugak harus bisa menyikapinya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sampai sekarang pun kalo saya di tanyain gimana caranya biar bisa ngerjain dengan ujian, saya pun jugak akan menjawab hal yang serupa dengan para pendahulu saya, "Dimengerti bahannya jangan di hapalkan. Kalo memang bahannya berupa bahan hapalan yaaa gak ada jalan lain selain di hapal. Tapi di hapal nya kalo bisa kamu jugak punya sebuah trick seperti menyiapkan sebuah kertas untuk selalu di bawa kemana-mana. Bahan hapalan gak bisa di hapalkan dalam waktu sehari semalem. Lebih baik setelah kamu dapet bahan itu, selalu kamu ulang-ulang agar bisa terserap ke otak sedikit-sedikit. Sama halnya dengan kalo ujian open-book. Walau ujiannya buka buku tapi sebelumnya kamu gak memahami langkah-langkah atau tidak mengerjakan soal-soal latihannya ya sama ajah bo'ong". Tapi saya pun jugak sering kesusahan untuk menjalaninya. Namun ada kalanya di waktu-waktu tertentu, apa yang saya katakan itu berhasil.

Beberapa waktu lalau saya sempat menjalani 2 kuliah. Di UKDW dan di USD (EEC). Dan saya belajar kalo ujian itu jangan dianggap sebuah momok yang menakutkan. Saya berusaha untuk menganggap hari ujian saya adalah hari biasa yang harus di lewatin (dan sampai saat ini pun saya jugak kerja keras belajar bahwa hari 'istimewa' itu adalah hari yang biasa saya lewati seperti hari-hari sebelumnya). Dan ujian yang saya kerjakan itu terlewati sudah tanpa saya memikirkan hasilnya.
Itu kira-kira yang saya pelajari di kehidupan saya baru-baru ini.

No comments: